@ Hotel Atlet Century Park
Diskusi Terbatas "TENTANG PREFERENSI AGAMA, POLITIK ALIRAN DAN PERILAKU PEMILIH"
diadakan oleh PERSEPI
Pembicara :
1. Burhanudin Muhtadi, MIS ( LSI)
2. Mahfudz Shiddiq ( Fraksi PKS)
3. Dr. J Kristiadi ( CSIS)
Oleh Burhanudin Muhtadi, MIS ( LSI)
Sebagai salah satu elemen penting dalam pemebelahan sosial, agama dipercaya mempengaruhi perilaku pemilih. Lipset dan Rokkan (eds.). dalam Party Systems and Voter Alignments : Cross National Perspectives (1967) misalnya, mengatakann ada korelasi yang signifikan antara afiliasi keagamaan dengan dukungan atas partai-partai konvensional di eropa. Samuel Barnes (1974) juga menemukan bukti hubungan agama dengan perilaku pemilih di Italia
Selain itu melalui studinya yang ekstensif, Religious vs Ethnic vs. Class Voting: The 'Crucial experiment', Arend Lijphart (1977) Menemukan bahwan dibanding variabel bahsa dan kelas sosial, agama lebih berpengaruh dalam menentukan pilihan partai di Belgia, kanada, Afrika Selatan dan Swiss Studi Norris dan Inglehart, Sacred and Seculer : Religion and Politics Worldwid (2004) menginformasi pengaruh agama dalam memilih....
Bagaimana kondisinya di Indonesia?
Tunggu tulisan saya besok yha....^^ (ngantuk mode on)
01 September 2010
Melanjutkan tulisan yang kemarin, yang disampaikan oleh Bung Burhan...
.: PEMILU 1955 dan POLITIK ALIRAN :.
Lantas bagaimana pengaruh agama dalam perilaku pemilih di Indonesia? Kita memiliki dua pemilu yang sangat demokratis pada 1955, yakni pemilu untuk memilih anggota DPR pada 29 September 1955 DAN pemilu untuk memilih anggota majelis konstituante pada tanggal 15 Desember 1955. Dari 10 Partai berbasis islam, dua diantaranya memperoleh dukungan yang sangat signifikan dalam pemilu majelis konstituante., yakni masyumi (20,6%) dan NU (18,5%). adapun peringkat pertama diraih PNI (24%). Adapun PKI berada di urutan keempat dengan perolehan suara 16,5%.
Karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, variabel agama yang akan diulas disini adalah pengaruh ideologi Islam dalam pilihan Partai. Perolehan suara partai pada pemilu 1955 bisa dijelaskan melalui politik aliran. Sebagaimana dapat dibaca dari artikel Geertz, The Javanese Village , artikel pertama sebelum ia mengembangkan konsepnya secara utuh dalam buku, The Religion of Java, inti dasar teori aliran Geertz yang berawal dari trikotomi atas masyarakat Jawa adalah adanya kesamaan ideologis yang kemudian tertransformasikan dalam pola-pola integrasi sosial yang lebih luas dan komprehensif. Dalam hal ini, agama menjadi faktor penting yang mempengaruhi pengelompokkan sosial politik. Dengan kata lain, ketaatan dan afiliasi sosial-keagaamaan ekuivalen dengan afinitas sosial politik.
Menurut Asumsi politik Aliran, kelompok abangan yang diidentifikasi sebagai penganut Muslim kurang taat cenderung memilih partai nasionalis/sekuler/komunis. Sedangkan kelompok santri, dipercaya akan menyalurkan suaranya pada partai ISlam. Partai Islam sendiri tidak monolitik. Pemilih Muslim Tradisional, menurut teori ini, lebih nyaman memilih partai yang dekat dengan NU. Sebaliknya, pendukung Muhamaddiyah dan Organisasi modernis cenderung memilih partai yang berlatar belakang Islam Modernis.
PASCA ORDE BARU : QUA VADIS POLITIK ALIRAN?
ada dua studi yang telah dilakukan untuk menjawab pernyataan tersebut diatas?. Dua studi itu yakni, pertama studi R. William Liddle dan Saiful Mujani dan kedua, Stud. Dwight Y, KIng
Dari dua studi diatas, pada tingkat elit tampaknya tak menampik masih hidupnya politik aliran. Secara sederhana, kita bisa melihat sistem multipartai pasca 1998 di mana proses faksionalisasi, atau lebih jauh koalisi, antar kekuatan partai politik sangat ditentukan oleh "kedekatan" ideologi .
PEMILU 2009 DAN PARTAI-PARTAII NASIONALIS
Pada pileg 2009 yang baru lalu, agregat perolehan suara partai-partai islam semakin Anjlok. HAnya 4 partai Islam yang lolos parliamentary threshold dengan total suara kurang dari 2,5 %. Dominasi partai-partai Nasionalis tersebut sudah terdeteksi jauh sebelum pileg 2009.
.: TRACKING DATA SURVEI ELEKTABILITAS PARTAI-PARTAI NASIONALIS LSI 2003-2009:.
.: TRACKING DATA SURVEI ELEKTABILITAS PARTAI-PARTAI ISLAM LSI 2003-2009:.
Fakta anjloknya suara partai islam dalam pileg 2009 menunjukkan makin kurang relevannya penjelasan politik aliran untuk melihat perilaku pemilih kita. Padahal, data longitudinal LSI sejak 2003 sekarang, juga survei Mershon Ohio State University dan UI (1999) dan PPIM (2001-2002) menunjukkan meningkatnya ketaatan Muslim Indonesia.
Data kumulatif diatas melengkapi riset anthropolgis Woodward (1989) dan Pranowo (2001), yang menemukan runtuhnya politik aliran dan mundulnya santrinisasi abangan.
Poinnya, meningkatnya religiusitas kaum Muslim, termasuk kalangan abangan, tidak lantas diikuti dengan naiknya suara partai Islam, padahal kalau kita konsisten mengikuti politik aliran, meningkatnya ketaatan beragama tersebut seharusnya termanifestasi dalam pilihan mereka ke partai islam
Menarik untuk dicermati hasil exit poll LSI yang dilakukan pada Pemilu Legislatif 2009 yang lalu. Meski PAN dan PKB menghabiskan sebagai partai terbuka yang plural, tetap saja sebagian besar pemilih mereka datang dari kalangan muslim. Pemilih kristen/katolik paling banyak memilih PDIP, Golkar dan Demokrat. Partai-partai nasionalis berhasil mengambil sebagian besar pemilih Muslim.
.: HASIL EXIT POLL LSI BERDASARKAN AGAMA :.
Adapun dari sisi kedekatan dan afiliasi dengan organisasi masa Islam, pemilih NU sebagian besar justru memilih Demokrat, PDIP dan Golkar. warga Muhammadiyah terdistribusi ke Demokrat, PAN dan PKS. Demikian Juga dengan memilih dari ormas-ormas Islam lainnya. Hal ini menunjukkan partai islam gagal menunjukkan dominasinya ke kalangan warga ormas Muslim.
:HASIL EXIT POLL LSI BERDASARKAN ORMAS ISLAM :.
= BELAJAR DARI KEKALAHAN =
Apa yang membuat pemilih Muslim untuk lebih memilih partai nasionalis ketimbang partai Islam?
Ada tiga sebab :
Wallahu a'lam bi showab
Ada tiga sebab :
- Partai-partai nasionalis sukses melakukan paradigm shift dari positioning partai yang awalnya dicap kurang ramah terhadap agenda politik muslim, menajdi lebih respectif terhadap aspirasi umat, misalnya dukungan GOLKAR dan Demokrat terhadap RUU Sisdiknas dan Pornografi merupakan "Investasi Politik" yang berhasil menarik simpati pemilih Islam.
- Pemilih Muslim kita juga makin Rasional, mereka sekarang lebih tertarik dengan isu-isu nonagama, terutama masalah ekonomi, ketimbang isu-isu keagaamaan . Sebaliknya partai islam dianggap kurang peduli terhadap isu-isu ekonomi dan terlalu sibuk berdebat soal isu-isu simbolis.
- Terjadinya krisis kepemimpinan umat. Di saat politik elektoral kita makin dipengaruhi tokohisme yang demikian kuat, partai islam kurang mampu menjual pemimpin-pemimpin yang memilki magnet yang cukup kuat untuk menarik pemilih.
Wallahu a'lam bi showab
0 komentar:
Posting Komentar